Kamis, 03 Juni 2010

PERASAAN CEMAS & PHOBIA PADA ANAK

PERASAAN CEMAS & PHOBIA PADA ANAK

Takut sangat bergantung terhadap sesuatu yang dihadapi anak. Rasa takut itu sangat berbeda dengan perasaan cemas, cemas dialami anak apabila menghadapi situasi atau orang-orang baru. Hal itu wajar karena merupakan situasi baru buat dia dan belum familiar. Tapi lama-kelamaan si anak akan terbiasa kalau sering bertemu atau berada di lingkungan baru tersebut.

Wajar ketika pertama kali bertemu, anak merasa takut. Tapi biasanya kalau sudah dua atau tiga kali bertemu si anak sudah berani menyapa \"Hai\" misalnya. Apa yang di paparkan di atas merupakan contoh rasa cemas yang dirasakan seorang anak, sedangkan rasa takut sifatnya lebih menetap berbeda dengan perasaan cemas yang sifatnya hanya sementara. Selain itu, takut lebih dikaitkan dengan suatu objek tertentu dan bukan orang.

Ada rasa takut yang bersifat alami, dan ada yang berbentuk karena didikan atau polah asuh yang tidak positif. Ada juga rasa takut yang sangat berlebihan , atau biasa disebut Phobia.

Umumnya, seorang anak takut terhadap ruangan gelap, ini merupakan fenomena wajar, karena seorang anak kaget dengan gelap dan dia tidak bisa ngapa-ngapain dalam situasi gelap. Dari ruangan yang terang kemudian menjadi gelap, itu merupakan perubahan yang membuat si anak merasa kaget. Rasa takut anak ada pula yang berbentuk karena didikan yang diterima anak sebagai contoh : Seorang anak takut terhadap cicak. Kadang-kadang seorang akan ditakuti-takuti oleh dengan cicak oleh pengasuhnya untuk tujuan tertentu. Misalnya supaya anaknya mau makan, atau cepat tidur. Padahal tanpa sadar pola asuh semacam itu justru berdampak negatif bagi perkembangan kejiwaan si anak. Dia menjadi takut terhadap obyek tersebut.

Takut yang berlebihan juga sering di derita anak itulah yang dinamakan Phobia, yaitu rasa takut yang berlebihan dan tidak sewajarnya. Biasanya anak-anak balita (di bawah usia 5 tahun) jarang ada yang Phobia. Sebab Phobia pada umumnya terjadi pada anak yang sudah menginjak usia antara 7-8 tahun.

Phobia ada beberapa macam, misalnya ada Phobia terhadap ketinggian atau Phobia terhadap warna merah. Ketakutan yang dirasakan anak bisa membuat si anak gemeteran sekali saking takutnya, selain gemeteran bisa saja si anak menjadi berkeringat, sebagai perwujudan rasa takutnya.

Phobia terjadi lantaran ada pengalaman yang membuat si anak takut terhadap obyek tertentu. Pengalaman tersebut sangat tidak mengenakan baginya. Misalnya rasa takut terhadap ruangan tertutup (Claustropobia). Biasanya si anak punya pengalaman yang membuat ia takut terhadap ruangan tertutup contohnya seorang akan sedang naik lift sendirian, tiba-tiba liftnya macet. Akhirnya pengalaman ini sangat membekas pada dirinya, dan si anak akan menjadi takut mengalami hal yang sama. Biasanya harus ada pengalaman seorang anak tidak bisa tiba-tiba menjadi Phobia. Suatu contoh Phobia lagi misalnya seorang anak ketakutan terhadap kucing. Si anak bukan hanya melihat kucing menjadi takut. Tapi lebih dari itu baru melihat gambar berwujud kucing saja dia menjadi sangat ketakutan.

Setelah di gali tentang pengalamannya, ternyata si anak tadi mengaku pernah punya pengalaman di cakar kucing. Karena merasa sangat sakit di cakar kucing, membuat dia kemudian hari menjadi takut terhadap kucing (pengalaman yang merupakan suatu trauma, yaitu yang disebut trauma Capitis).

Seorang anak yang menderita Phobia harus mendapatkan dukungan penyembahan dari lingkungan keluarga di rumah.

Hal yang perlu di perhatikan orang tua supaya seorang anak tidak merasa cemas di situasi sosial. Caranya, orang tua bisa memperkenalkan si anak kepada berbagai situasi sosial dan lingkungan.

Ajarkan anak belajar menyapa orang lain dengan ramah, dan jangan lupa dasar pendidikan yang sedang digalakkan sekarang ini, yakni menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Contohnya berbagai sekolah TK belakangan ini raj in menggelar pentas-pentas kesenian. Tujuannya adalah untuk meningkatkan rasa percaya diri pada anak sejak dini. Dampak lanjutannya, seorang anak menjadi PD diberbagai lingkungan sosial. Dia berani tampil di depan umum tanpa perasaan cemas atau canggung lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar